Cari Blog Ini

Rabu, 11 Agustus 2010

if

If you feel it's wrong
Immediately fix mistakes
If you feel right
Defend the truth
If you feel sick
Immediately treat kesakitanmu
If you feel healthy
Do not you hurt yourself
If you're sad
Forget your grief
If you are happy
Share for the people around you

suffering

Enough already you torturing me like this
During this time I may always think
Everything you do to me too sick
Anyway do not you approached me
Thou shalt not try to approach

Kamis, 05 Agustus 2010

MARRIED?????


Puspita tak percaya pada lembaga pernikahan, namun tantangan Idan untuk membuktikannya   tak   bisa   ditolak.   Maka   mereka   pun   melakukan   simulasi  pernikahan.
ku sungguh-sungguh tidak mengerti kenapa orang harus menikah,” gerutuku.
Idan tertawa. “Ibumu menanyakan calonmu lagi?” Aku mengangguk cemberut.
“Apa jawaban mu kali ini?” godanya.
“Aku tidak menjawab. Aku langsung meninggalkan ruang makan dan masuk ke kamar.”
Idan terbahak. “Kau kekanak-kanakan,” katanya.
“Habis jawaban apalagi yang mesti kuberikan, Dan? Aku sudah kehabisan alasan, kehabisan stok bohong. Dan ibuku malah makin gencar menteror.”
Idan   tersenyum.   “Kau   benar-benar   seperti   anak-anak.   Kalau   kau   jadi ibumu, apa kau tidak akan blingsatan kalau anakmu belum juga menikah pada usia tiga puluh tiga.”
“Aku akan sangat gembira kalau anakku tidak menikah seumur hidupnya,” komentarku.
Alis Idan terangkat. “Kenapa?”
“Pernikahan hanya memperumit hidup perempuan.”
“Pernikahan juga membuat hidup laki-laki lebih sulit.”
“Persis!”   potongku.   “Untuk   apa   menikah   kalau   yang   kita   dapat   hanya kesulitan?”
“Mungkin   karena   kesulitan   itu   hanya   efek   sampingnya,   sementara keuntungannya lebih banyak?”
“Sok   tahu,”   cibirku.   “Kau   sendiri   belum   menikah.   Apa   yang   kau   tahu tentang keuntungan menikah.”
“Aku sudah cukup banyak belajar, Pit. Umurku sendiri sudah tiga puluh lima, kebanyakan teman-temanku sudah berkeluarga.”
“Tapi kau tidak! Akui sajalah. Kau setuju kan kalau hidup sudah cukup pelik tanpa perlu lagi menikah?”
Idan tersenyum. “Ya, memang.”
“Lebih enak hidup seperti ini. Bebas!”
“Setuju. Tapi ingat, aku bukan sama sekali tidak mau menikah, lho. Aku hanya masih menunggu calon yang pas.” Dan aku menghela nafas panjang.
“Ah, ya. Calon.”
“Itu kan sebenarnya alasanmu untuk tidak juga menikah?”
“Ya, ” gumamku enggan.
“Bukan karena kau sama sekali anti menikah.”
Aku   menggeleng.   “Jangan   bilang   siapa-siapa,   tapi   kadang-kadang   aku kepingin juga digandeng seseorang saat datang ke pesta.”
“Tapi kau bisa saja bergandengan dengan salah satu pacarmu kan?”
“Gandengan pacar itu lemah. Gampang putus,” komentarku pahit. “Maksudku,
aku mau orang yang sama menggandeng tanganku ke mana pun aku pergi.”
“Apa susahnya menggaji orang yang mau menggandeng tanganmu ke mana-mana?
Ini zaman susah. Banyak pengangguran.”
“Idan!” kuayunkan tanganku, tapi —-begitu hapalnya ia dengan reaksiku ia menghindar sambil tertawa.
“Kau   sadar   kan   kalau   menikah   itu   lebih   dari   sekadar   mengontrak penggandeng tetap?” tanyanya kemudian, lebih serius.
“Ya. Justru itu. Aku tidak bisa membayangkan menikah dengan orang yang salah. Kalau saja,” aku terdiam.
“Apa?”
“Kalau saja aku bisa yakin bahwa lelaki itu akan tetap manis dan baik hati setelah ia berhasil menikahiku. Bagaimana seorang perempuan bisa tahu kalau lelaki yang merayunya ternyata suami yang payah? Yang suka memukuli,   mencaci   maki,   Menghina;   orangnya   pelit,   cemburuan,   suka berbohong dan berkhianat.”
“Pit, laki-laki yang begitu sedikit sekali.”
Aku menggeleng. “Semua laki-laki binatang.”
“Bagaimana dengan aku? Aku laki-laki.”
“Kau bukan lelaki, Dan. Kau malaikat.”
Idan terbelalak. Didekapnya dada kirinya dan ia terkulai di kursinya.
“Idan!” desisku. “Nanti orang-orang memperhatikan kita!”
“Pit, kau sadar kalau aku belum mati? Aku harus mati dulu sebelum jadi roh dan mengajukan lamaran menjadi malaikat,” dan ia kembali terkulai, mata tertutup, lidah terjulur.
“Idan, Idan,” desahku. “Kalau kau memang mau menikah, berobatlah.”
Ia tergelak. “Dan kau. Kalau kau memang mau menikah, percayalah setidak-tidaknya pada satu orang saja dari golongan laki-laki.”
“Aku tidak bisa, Dan.”
“Berarti kau memang tidak bisa menikah. Tidak mungkin dan tidak akan.
Dan kalau kau memaksakan diri, kau akan merana. Dan kalau kau sengsara kau akan makan makin banyak. Dan kalau kau makan banyak-banyak kau akan”
“Idan!”   walaupun   nada   suaraku   keras,   aku   tak   bisa   menahan   senyum mendengar   pernyataan   konyol   itu.   Setelah   dua   puluh   tahun   menjadi sahabatku, ia benar-benar telah memahamiku.
“Apa kau pernah berpikir tentang ibumu?” katanya kemudian. Seperti biasa ia bisa menjadi sangat jenaka dan kemudian serius hanya dalam selang waktu   sepersekian   detik.   “Ia   pasti   sangat   ingin   kau   segera   mendapat pasangan   tetap.   Ia   akan   lebih   tenang   kalau   tahu   kau   akhirnya   punya seseorang yang akan menemani dan melindungimu.”
“Jangan   bicara   begitu,”   cetusku,   kembali   manyun.   “Satu,   ini   hidupku bukan   hidup   ibuku.   Aku   sedih   kalau   ibuku   sedih.   Tapi   kalau   suamiku berkhianat, apa ibuku mau menanggung rasa malu dan sakit hatiku? Kedua, aku tidak butuh pelindung. Kau tahu aku bisa mengurus diriku sendiri. Kalau itu yang aku butuhkan, aku bisa menggaji lebih banyak pembantu, plus bodyguard kalau perlu.”
“Baik, baik, Tuan Putri. Hamba mengaku salah,” Idan membungkuk dalam-dalam. “Jadi, dengan asumsi kau tidak sama sekali menihilkan kemungkinan menikah, apa yang ingin kau capai dengan itu?”
Aku tertunduk lemas. “Itulah, Dan,” desahku. “Aku tidak tahu. Apalagi yang aku butuhkan saat ini? Aku punya pekerjaan dengan masa depan yang lumayan.  Jadi menikah  untuk alasan  ekonomi jelas-jelas  bukan pilihan untukku.   Aku   punya   teman-teman   diskusi,   sahabat   untuk   berbagi,   jadi kesepian juga bukan alasan bagiku untuk menikah.”
“Bagaimana dengan keturunan?”
“Anak? Apa aku harus menikah untuk punya anak? Aku bisa mengadopsi bayi, kan? Di luar sana banyak anak-anak yang tidak diinginkan orang tuanya.
Kalau aku mau, aku bisa mengasuh satu, dua atau bahkan tiga dari mereka. Jadi tolong, jelaskan kenapa aku harus menikah, mempertaruhkan diriku sendiri,   mengambil   risiko   dilukai   lahir   dan   atau   batin.   Tak   ada kepastian   sama   sekali   bahwa   pernikahan   itu   akan   bertahan   sepanjang hidupku. Disamping itu, kalau pernikahan itu hancur di tengah jalan, aku akan   jadi   pihak   yang   paling   besar   menanggung   kerugian.   Kenapa,   Dan?
Untuk apa?”
Idan termenung agak lama. Akhirnya ia menjawab. “Cinta mungkin?”
“Kau terlalu banyak menonton film romantis ,” olokku. “Kau tahu berapa lama cinta bertahan dalam suatu pernikahan?”
“Berapa lama?”
“Satu sampai tiga bulan. Setelah itu, toleransi, kompromi, frustrasi dan imajinasi.”
“Imajinasi?”
“Kalau   kau   terjebak   di   dalam   penjara   dengan   lelaki   yang   kau   benci sekaligus   yang   kau   tahu   membencimu,   kau   harus   membayangkan   menikah dengan Richard Gere atau kau bisa jadi gila.”
BERSAMBUNG

Senin, 02 Agustus 2010

SAIL BANDA

Banda Sail Peak 2010 event was held this morning in Ambon enlivened by a dozen sailing ships pass by.
Dozens of ships that pass in sequence in front of the top event in the port of Ambon.
Ships among some Navy warships Indonesia, the Police, Ministry of Maritime Affairs and Fisheries, Ministry of Communications, SAR, Artha Graha Group, Singapore, and Australian owned vessels.
There were ships of war, ship navigation, a research ship, the ship's command, and so forth. Behind a dozen boats still exist a number yacth from various countries who enliven the event.
Peak of the event which was attended by President Susilo Bambang Yudhoyono, several ministers, governors, local officials and the community took place in cloudy weather and drizzling rain.
According to data of Ministry of Maritime Affairs and Fisheries, the nine newly-built hotels and even some not yet officially have achieved 100% occupancy.
This event is also expected to boost the economy currently growing Maluku 5.4%. At the peak of the riots a few years ago, economic growth had slumped to minus Maluku 26%.

CHRISTIANO RONALDO'S NIGHT OUT...WHERE?

Stepping out for a night on the town with his teammates, Cristiano Ronaldo was looking studly while spotted in Beverly Hills on Saturday (July 31).

Minggu, 01 Agustus 2010

PAKISTAN FLOOD DEATHS.....

The devastating floods in Pakistan have killed more 1,100 people, Pakistani government officials told CNN on Sunday.

EMMA WATSON...WHAT'S NEW????

Branching out to the music video world and helping her new love interest out at the same time, Emma Watson recently filmed “Say You Don’t Want It” in New York City.

JESSICA SIMPSON AND ERIC JOHNSON...WOW

Happily showing off her new main squeeze, Jessica Simpson has taken to Twitter to post a shot of herself and boyfriend Eric Johnson sharing a sweet smooch.

JESSICA ALBA GETS BACK...

Back home in the States, Jessica Alba was spotted out and about with husband Cash Warren and daughter Honor Marie in Beverly Hills on Sunday (August 1).

" HOT AND COLD" KATY PERRY VS THE CHIPETTES

HAPPY BIRTHDAY IN 161 LANGUAGES

Afrikaans - Veels geluk met jou verjaarsdag!
Albanian - Urime ditelindjen!
Alsatian - Gueter geburtsdaa!
Amharic - Melkam lidet!

ZAC EFRON IN "ST.CHARLIE"


Zac Efron and the rest of the crew behind "Charlie St. Cloud" want their movie to be weepy, soulful, inspirational, cathartic, ethereal, life-affirming and who knows what else on the New Age emotional barometer.
Too bad they didn't aim to make it a little interesting.
This melodrama about a young man who puts his life in stasis after his kid brother's death is a bore, despite a somewhat clever twist — somewhat because it momentarily jolts the story out of the doldrums before the movie settles back to sleep.
Adapted by director Burr Steers and screenwriters Craig Pearce and Lewis Colick from Ben Sherwood's novel "The Death and Life of Charlie St. Cloud," the movie deals with the biggest of issues — why are we here, where are we bound? — with the blandest of greeting-card sentiments.
While Efron aims to show he's more than just a "High School Musical" heartthrob, he's vacuous in the title role here, sleepwalking through what's meant to be a journey from the deepest despair toward new hope.
Efron's Charlie has everything going his way in his Pacific Northwest hometown. He's a master yachtsman about to graduate from high school and head off to college with a sailing scholarship. His female classmates swoon at the sight of him. He's best friend, idol and father figure to his young brother, Sam (Charlie Tahan).
Then Sam dies in a terrible accident, while Charlie is revived after a near-death experience that leaves him seeing dead people — not in a creepy "The Sixth Sense" manner but in an everyday, how's-your-afterlife-going sort of way.
He sees dead people
Five years later, Charlie's stuck in limbo, working as the caretaker at the cemetery where Sam is buried and still looking after his little brother, who keeps popping up from beyond to hang out.
What could ever shock Charlie back to life? Why, the love of a fine woman, of course.
Just as she's about to head off on a 'round-the-world solo sailing race, Charlie's high school classmate Tess Carroll (Amanda Crew) comes back into his world, rekindling his interest in living people, the sea and everything else for which he once had a passion.
The surprise turn in the plot initially leaves hope for something better than a predictable Hollywood ending. But if you give any thought to that little twist, it makes no sense, even within a story where a guy chats with dead folks. So best not to give it any thought.
Kim Basinger and Ray Liotta appear in oddly fleeting roles — she as Charlie and Sam's single mom, he as a paramedic who revived Charlie and asks him the Big Question — why'd you get to come back, kid?
Donal Logue also is on hand for a meager part as Tess' sailing coach, an insignificant character except for his silly name — Tink Weatherbee.
Steers, who made the decent teen tale "Igby Goes Down" and also directed Efron in the piffling comedy "17 Again," does a nice job putting some soul in the scenery, even if he can't manage the same for the characters. The sailing images are lovely, the seascape is bleakly beautiful, and the town is pretty as a postcard.
Efron certainly looks pretty, too, and since he's there for almost every frame of "Charlie St. Cloud," maybe that's enough for his young fans, even if no one's home behind Charlie's cloudy eyes.

BLOOM'S WEDDING

Australian model Miranda Kerr and actor Orlando Bloom attend the grand opening of Vdara Hotel & Spa in Las Vegas in 2009.

ERECTION TO DEATH

A death erection (sometimes referred to as "angel lust") is a post-mortem erection which occurs when a male individual dies vertically or face-down with the cadaver remaining in this position.

NEW JUDGES AMERICAN IDOL

According to sources Jennifer Lopez has been tapped as the newest judge on the television show American Idol. That is, according to some online reports.